Dokumen Aswa
Jumat, 27 September 2019
Selasa, 17 Oktober 2017
CONTOH LATAR BELAKANG
A.
Latar
Belakang
Pendidikan adalah sebuah wahana untuk meningkatkan
dan mengembangkan kualitas manusia menjadi manusia ideal. Dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara” (Ahmad, 2010). Sejalan dengan Undang-undang
tersebut, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar proses belajar dan
pembelajaran dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi diri yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Aprilia Safitri, 2015). Dalam penerapan
pendidikan proses pembelajaran merupakan hal yang sangat berpengaruh. Proses
pembelajaran itu sendiri merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat
kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Proses
pembelajaran akan lebih optimal dengan adanya suatu strategi belajar, metode,
pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam proses
belajar mengajar.
Pada kenyataanya, peneliti masih menemukan kondisi
dimana proses pemeblajaran berjalan kurang maksimal. Guru kurang memperhatikan
kebutukan anak didiknya di kelas. Pembelajaran di kelas juga berpusat pada guru
sehingga
menyebabkan keaktifan siswa dalam pembelajaran relatif rendah. Siswa di dalam
kelas hanya mendengarkan penjelasan dari
guru sehingga tidak adanya sebuah interaksi dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran
kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Keadaan
tersebut akan menyebabkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran sangat
rendah. Siswa yang hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru tidak
dapat menjawab pertanyaan dari guru secara optimal. Maka,
salah satu masalah yang perlu diperhatikan yaitu model pembelajaran untuk
mengatur jalannya kegiatan belajar di kelas. Peneliti akan menggunakan model
pembelajara probing-prompting yang memuat berbagai pertanyaan
untuk menuntun siswa mendalami sebuah materi dengan bantuan media yaitu macromedia flash.
Berdasarkan model probing-prompting, peneliti berharap dapat meningkatkan keaktifan
siswa. Keaktifan belajar siswa dapat dikeyahui dari sikapnya dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, sikap yang antusisas dan memiliki kemauan dengan
menunjukan segenap kemampuan yang dimiliki secara optimal (Menurutahli, 2017). Dikarenakan model probing-prompting membuat siswa mau tidak mau harus berpikir kritis
dan aktif karena guru akan melontarkan pertanyaan spontan kepada siswa secara
acak. Diharapkan siswa lama-kelamaan akan terbiasa aktif berdialog dengan guru
di hadapan teman-teman yang lain agar tidak takut atau malu untuk menanyakan
atau menanggapi suatu hal yang berkaitan dengan materi yang di sampaikan oleh
guru.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada
tanggal 9 September 2017 bersama Ibu Ayu wali kelas IV SD N 1 Sukorejo. Beliau
menyampaikan bawasanya siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Konsentrasinya
masih teralihkan sehingga siswa lebih aktif terhadap hal lain dari pada
pembelajaran. Mayoritas siswa enggan untuk bertanya mengenai pembelajaran
meskipun dia tidak paham. Sehingga akan berdampak pada nilai yang di dapatkan.
Menurutnya alasan siswa enggan bertanya adalah katena takut atau malu serta
karena mereka tidak terbiasa berdialog dan diperhatikan orang banyak.
Adapun dasar lain yang digunakan
peneliti dalam menentukan model
probing-prompting adalah yang pertama hasil penelitian yang dilakukan Rinda Yuana dari Universitas Nusantara PGRI Kediri tahun 2016. Penelitian yang dilakukan berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Dengan Media Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, Dan Transportasi Serta Pengalaman Menggunakan Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Kendalrejo”. Berdasarkan penelitian yang di lakukan dapat diketahui mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya tanpa menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar adalah 71,7058 dan mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya dengan menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar 82,7857.
probing-prompting adalah yang pertama hasil penelitian yang dilakukan Rinda Yuana dari Universitas Nusantara PGRI Kediri tahun 2016. Penelitian yang dilakukan berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Dengan Media Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, Dan Transportasi Serta Pengalaman Menggunakan Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Kendalrejo”. Berdasarkan penelitian yang di lakukan dapat diketahui mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya tanpa menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar adalah 71,7058 dan mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya dengan menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar 82,7857.
Berdasarkan masalah-masalah yang muncul
dalam pembelajaran di SD pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Berbantu Media Macromedia Flash Terhadap Keaktifan
Siswa SD N 1 Sukorejo Kabupaten Kendal”.
Rabu, 11 Oktober 2017
MAKALAH PERENCANAAN KURIKULUM
MAKALAH
PERENCANAAN KURIKULUM
Disusun guna memenuhi tugas Telaah dan Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Eka Sari S. S. Pd., M. Pd.
Anggota kelompok :
1. Anggit Setyo Budi (14120209)
2. Aji Tulus Prasetyo (14120212)
3. Muhamad Aris. S (14120213)
4. Novri Hapsari (14120214)
5. Asysyaffa Wahyudi (14120248)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASDAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan, manusia tak lepas dari yang namanya pendidikan. Baik yang formal
maupun nonformal. Dalam pendidikan formal pasti memiliki jenjang entah itu SD,
SMP, SMA maupun PT semuanya pasti berlandaskan dalam suatu sistem yang
dinamakan kurikulum. Karena setiap kegiatan dalam pendidikan semuanya di atur
dalam sebuah kurikulum. Selama ini kita telah mengalami bahwa kurikulum di
Indonesia mengalami perubahan yang tidak satu atau dua kali. Semua itu
diupayakan agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang dengan baik.
Agar
menghasilkan kurikulum yang baik, harus diadakan yang namanya perencanaan
kurikulum. Dimana dalam tahap-tahap nya harus sangat teliti dan detail
menyesuaikan kebutuhan dan kondisi masyarakat. Dimana yang dimaksud perencanaan adalah suatu proses
ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar,
cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta
penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut. Tanpa perencanaan
kurikulum, sistematika berbagi pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan
dan tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa saja prinsip-prinsip perencanaan kurikulum?
2.
Apa karakteristik perencanaan kurikulum?
3.
Bagaimana kerangka kerja kurikulum?
4.
Apa saja komponen perencanaan kurikulum?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip kurikulum.
2.
Untuk mengetahui karakteristik perencanaan kurikulum.
3.
Untuk mengetahui kerangka kerja kurikulum.
4.
Untuk mengetahui komponen perencanaan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip
Perencanaan Kurikulum
Secara umum, sebuah
perencanaan kurikulum yang realitas disusun berdasarkan prinsip-prinsip berikut
:
1.
Prinsip 1
Perencanaan
kurikulum berkenaan dengan pengalaman-pengalaman para siswa.
2.
Prinsip 2
Perencanaan
kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan tentang konten dan proses.
3.
Prinsip 3
Perencanaan
kurikulum mengandung keputusan-keputusan tentang berbagai isu dan topik.
4.
Prinsip 4
Perencanaan
kurikulum melibatkan banyak kelompok.
5.
Prinsip 5
Perencanaan
kurikulum dilaksanakan pada berbagai tingkatan (level).
6.
Prinsip 6
Perencanaan
kurikulum adalah sebuah proses yang berkelanjutan.
B.
Karakteristik Perencanaan Kurikulum
Dalam
perencanaan kurikulum, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan. Aspek-aspek
yang menjadi karakteristik perencanaan kurikulum tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan
kurikulum harus berdasarkan konsep yang jelas tentang berbagai hal yang
menjadikan kehidupan menjadi lebih baik, karakteristik masyarakat sekarang dan
masa depan, serta kebutuhan dasar manusia;
2. Perencanaan
kurikulum harus dibuat dalam kerangka kerja yang komprehensif, yang
mempertimbangkan dan mengoordinasi unsur esensial belajar-mengajar efektif;
3. Perencanaan
kurikulum harus bersifat reaktif dan antisipasif. Pendidikan harus responsif
terhadap kebutuhan individual siswa, untuk membantu siswa tersebut menuju
kehidupan yang kondusif;
4. Tujuan-tujuan
pendidikan harus meliputi rentang yang luas akan kebutuhan dan minat yang
berkenaan dengan individu dan masyarakat;
5. Rumusan
berbagai tujuan pendekatan harus diperjelas dengan ilustrasu konkrit, agar
dapat digunakan dalam pengembangan rencana kurikulum yang spesifik. Jika tidak,
persepsi yang muncul kurang jelas dan kontradiktif;
6. Masyarakat
luas mempunyai hak dan tanggung jawab untuk mengetahui berbagai hal yang
ditujukan bagi anak-anak mereka melalui perumusan tujuan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini,
para pendidiklah yang berkewajiban untuk memberitahukannya;
7. Dengan
keahlian profesional mereka, pendidik berhak dan bertanggung jawab
mengidentifikasikan program sekolah yang akan membimbing siswa ke arah
percapaian tujuan pendidikan. Masyarakat boleh saja memberikan saran, namun
keputusan akhir ada pada pendidik;
8. Perencanaan
dan pengembangan kurikulum paling efektif jika dikerjakan secara bersama-sama.
Hal ini dikenakan beragamnya unsur-unsur kurikulum, yang menuntut tentang
keahlian secara luas;
9. Perencanaan
kurikulum harus memuat artikulasi program sekolah dan siswa pada setiap jenjang
dan tingkatan sekolah. Berkaitan dengan hal ini, kurikulum harus terdiri atas
integrasi berbagai pengalaman yang relevan;
10. Program
sekolah harus dirancang untuk mengoordinasikan semua unsur dalam kurikulum
kerangka kerja pendidikan;
11. Masing-masing
sekolah mengembangkan dan memerluas suatu struktur organisasi yang
memfasilitasi studi masalah-masalah kurikulum dan mensponsori kegiatan
perbaikan kurikulum;
12. Perlunya
penelitian tindakan dan evaluasi, untuk menyediakan revitalisasi rencana dan
program kurikulum;
13. Partisipasi
kooperatif harus dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan perencanaan kurikulum,
terutama kegiatan belajar mengajar yang spesifik;
14. Dalam
perencanaan kurikulum, harus diadakan evaluasi secara kontinu terhadap semua
aspek pembuatan keputusan kurikulum, yang juga meliputi analisis terhadap
proses dan konten pembuatan kurikulum;
15. Berbagai
jenjang sekolah, dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi, hendaknya
merespon dan mengakomodasi perubahan, pertumbuhan dan perkembangan siswa. Untuk
itu, perlu direfleksikan organisasi dan prosedur secara bervariasi.
C.
Kerangka Kerja Perencanaan Kurikulum
Dalam
perencanaan kurikulum, diperlukan adanya kerangka kerja umum, agar perencanaan
kurikulum tersebut tersusun secara sintematis dan terorganisasi. Kerangka ini,
seperti yang terlihat pada gambar 13.1, berisi semua interelasi yang terdapat
dalam perencanaan kurikulum. Kerangka kerja (frame work) ini mencakup model,
ide, dan harapan sebuah perencanaan kurikulum. Berdasarkan pemikiran dan teori
Tyler (1950), Henrick (1950), Edward King (1950, 1957), dan Robert Harnack
(1968), kerangka kerja perencanaan kurikulum dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Fondasi
Pendidikan berdasarkan tiga daerah
fondasi yang luas, yaitu filsafat, sosiologi, dan psikologi, yang berhubungan
dengan kebutuhan indevidu maupun masyarakat. Perencanaaan kurikulum berhubungan
dengan fokus spesifik dari subjek daerah fondasi tersebut.
2. Tujuan
(Goals)
Area yang paling luas dari kerangka
kerja kurikulum adalah definisi tujuan pendidikan secara menyeluruh.
Berdasarkan tiga daerah fondasi tadi, tujuan umum (goals) menyajikan tujuan
purpose) yang dikembangkan pada berbagai jenjang wilayah (nasional, provinsi,
kabupaten, atau kotamadya, dan masyarakat luas). Rumusan tujuan tersebut
merefleksikan tingkat atau daerah satu dengan yang lainnya. Tingkat nasional
memberikan petunjuk bagi pengembangan lokal, dan sebaliknya. Masalahnya,
perencanaan kurikulum yang spesifik tidak mempertimbangkan rumusan tujuan yang
luas atau rumusan tujuan umum berkelanjutan.
3. General
Objectivies
Tujuan umum menyajikan berbagai tujuan
yang mengalihkan kegiatan belajar mengajar sejalan dengan tigkat perkembangan
siswa (dari anak-anak sampai dewasa) sehingga program pendidikan pun sejalan
dengan tingkat perkembangan siswa tersebut.
4. Decision
Screen
Guru atau pihak perencana kurikulum perlu
mempertimbangkan lima daerah yang akan mempengaruhi keputusan (decision)
mereka, yaitu :
a. Karakteristik
siswa yang menggunakan kurikulum tersebut;
b. Refleksi
prinsip-prinsip belajar;
c. Sumber-sumber
umum penunjang;
d. Jenis
pendekatan kurikulum (terpisah, terkorelasi, dan sebagainya); dan
e. Pengorganisasian
pengelolaan disiplin spesifik yang digunakan dalam perencanaan situasi
belajar-mengajar.
5. Komponen
Perencanaan Kurikulum
Komponen ini terdiri atas :
a. Perumusan
tujuan belajar atau hasil tujuan yang digunakan
b. Konten
yang terdiri atas fakta, dan konsep yang berhubungan dengan tujuan
c. Kegiatan
yang mungkin digunakan untuk mencapai tujuan
d. Sumber-sumber
yang mungkin digunakan untuk mencapai tujuan
e. Alat
pengukuran untuk menentukan derajat pencapaian tujuan.
D.
Komponen Perencanaan Kurikulum
Secara
umum dalam perencanaan kurikulum harus dipertimbangkan kebutuhan masyarakat, karakteristik
pembelajaran, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki keilmuan (Taba dalam
Saylor, et al., 1981). Siswa dengan karakteristik tersebut memiliki dua
kemungkinan, meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau terjun ke
dunia kerja serta masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan komponen perencanaan
kurikulum harus memperhatikan faktor tujuan, konten, kegiatan (aktivitas),
sumber yang digunakan, dan instrumen evaluasi (pengukuran).
1. Tujuan
Perumusan tujuan belajar diperluksebagan
untuk meningkatkan kemampuan siswa
sebagai anggota masyarakat, dalam mengadakaan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial, buadaya dan alam sekitarnya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penyelenggara sekolah berpedoman sekolah berpedoman pada tujuan
pendidikan nasional. Sumber dari tujuan ( aim, goal, maupun objective ) ini
adalah sumber empiris, sumber filosofis, sumber mata pelajaran, konsep
kurikulum, analisis situasional, dan tekanan pendidikan.
Implikasi tujuan (objective) adalah
sebagai berikut.
a. Suatu
pengertian tentang arah (sasaran) bagi setiap orang yang tertarik dengan proses
pendidikan, seperti siswa, guru, administrator, orang tua, penilik, pengawas
dan sebagainya.
b. Basis
perencanaan kurikulum yang rasional dan logis; dan
c. Memberikan
suatu bisnis untuk penilaian siswa.
2. Konten
Konten atau isi kurikulum merupakan
susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuanpendidikan nasioanl,
yang meliputi bahan kajian dan mata pelajaran.
Isi kurikulum adalah
mata pelajaran pada proses belajar mengajar, seperti pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-nilai yang diasosiakan dengan mata pelajaran. Pemilihan isi
menekankan pada pendekatan mata pelajaran (pengetahuan) atau pendekatan proses
(keterampilan). Untuk itu, terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan isi kurikulum ini, yaitu:
a. Signifikansi,
yaitu seberapa penting isi kurikulum pada suatu displin atau tema studi;
b. Validitas,
yang berkaitan dengan keotentikan dan keakuratan isi kurikulum tersebut;
c. Relevansi
sosial, yaitu keterkaitan isi kurikulum dengan nilai moral dan cita-cita,
permasalahan sosial, isu kontroversial dan sebagainya, untuk menjadi siswa
anggota efektif dalam masyarakat.
d. Utility
atau kegunaan ( daya guna ), berkaitan dengan kegunaan isi kurikulum dalam
mempersiapkan siswa menuju kehidupan dewasa.
e. Learnability
atau kemampuan untuk dipelajari, yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
memahami isi kurikulum trsebut; dan
f. Minat,
yang berkaitan dengan minat siswa terhadap isi kurikulum tersebut.
3. Aktivitas
Belajar
Aktivitas belajar dapat didefinisikan
sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajar dalam situasi
belajar-mengajar. Aktivitas belajar ini didesain agar memungkinkan siswa
memperoleh muatan yang ditentukan, sehingga berbagai tujuan yang ditetapkan,
terutama maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai.
Berkaitan
dengan aktivitas belajar, harus diperhatikan pula strategi belajar- mengajar
yang efektif, yang dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Pengajaran
exspository
Pengajaran exspository atau penjelasan
rinci ini melibatkan pengiriman informasi dalam arah tunggal, dari suatu sumber
ke pembelajar. Contoh dari pengajaran ini adalah ceramah, demonstrasi, tugas
membaca dan presentasi audio visual.
b. Pengajaran
interaktif
Pada hakikatnya, pengajaran ini sama
dengan pengajaran expository. Perbedaannya , dalam pengajaran interaktif
terdapat dorongan yang disengaja ketika terjadi interaksi antara guru dan
pembelajar, yang biasanya berbentuk pemberian pertanyaan. Pada dasarnya, dalam
pendekatan ini pembelajar lebih aktif, dan keterampilan berpikir ditingkatkan
melalui unsur interaktif.
c. Pengajaran
atau diskusi kelompok kecil
Karakteristik pokok dari strategi ini
melibatkan pembagian kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil yang bekerja
relatif bebas, untuk mencapai suatu tujuan. Peran guru berubah, dari seorang
pemberi pengetahuan menjadi koordinator aktivitas dan pengarah informasi.
d. Pengajaran
inkuiri atau pemecahan masalah
Ciri utama setrategi ini adalah aktifnya
pembelajaran dalam penentuan jawaban dari berbagai pernyatan serta pemecahan
masalah. Pengajaran inkuiri biasanya melibatkan pembelajaran dengan aktivitas
yang dilaksanakan secara bebas, berpasangan atau dalam kelompok yang lebih
besar.
e. Strategi
belajar mengajar lainnya
Adalah cooperative learning, comunity
service project, mastered learning dan project approach.
4. Sumber
Sumber yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan teersebut antara lain:
·
Buku dan bahan tercetak
·
Perangkat lunak komputer
·
Film dan kaset video
·
Kaset
·
Televisi dan proyektor
·
CD ROOM interaktif dan masih banyak
lagi.
5. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian dilakukan secara
bertahap, berkesinambungan dan bersifat terbuka. Dari evaluasi ini diperoleh
keterangan mengenai kegiatan dan kemajuan belajar siswa, dan pelaksanaan
kurikulum oleh guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Dalam pelaksanaan evaluasi ini terdapat
banyak instrumen pengukuran yang dapat
dipergunakan oleh pendidik, antara lain:
a) Tes
standar
b) Tes
buatan guru
c) Sampel
hasil karya
d) Tes
lisan
e) Observasi
sistematis
f) Wawancara
g) Kuesioner
h) Daftar
cek dan skala penilaian
i)
Kalkulator anekdotal serta
j)
Sesiogram dan pelaporan
Selain
itu, dalam evaluasi kurikulum ini terdapat prosedur yang harus diikuti, yang
meliputi tujuh langkah berurutan yang berhubungan secara integral yaitu:
1. Penanda
evaluasi, sebagai pemecahan terhadap konteks ukur
2. Spesifikasi
tugas, yang menggambarkan cakupan evaluasi
3. Desain
evaluasi, sebagai penyusunan pelaksanaan untuk melaksanakan evaluasi
4. Pengumpulan
data, untuk memperoleh data baik dari sumber data yang ada maupun menggunakan
teknik yang dirancang dalam tahapan desain
5. Analisis
data, sebagai analisis, sintesis, dan interpretasi data seperti yang diatur
dalam tahapan desain
6. Kesimpulan
untuk mempersiapkan kesimpulan yang didasarkan pada hasil dan persiapan laporan
dan
7. Menghadirkan
kesimpulan dan rekomendasi pada audiens.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Perencanaan
kurikulum adalah suatu proses ketika
peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara
mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta penelaahan
keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut.
Kurikulum memiliki enbam prinsip yaitu Perencanaan kurikulum berkenaan
dengan pengalaman-pengalaman para siswa, perencanaan kurikulum dibuat
berdasarkan berbagai keputusan tentang konten dan proses, perencanaan kurikulum
mengandung keputusan-keputusan tentang berbagai isu dan topik, perencanaan
kurikulum melibatkan banyak kelompok, perencanaan kurikulum dilaksanakan pada
berbagai tingkatan (level), dan perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang
berkelanjutan. Perencanaan kurikulum memiliki lima komponen yaitu tujuan, konten,
aktivitas belajar, sumber dan evaluasi.
Langganan:
Postingan (Atom)