Selasa, 17 Oktober 2017

CONTOH LATAR BELAKANG



A.  Latar Belakang
Pendidikan adalah sebuah wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas manusia menjadi manusia ideal. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Ahmad, 2010). Sejalan dengan Undang-undang tersebut, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar proses belajar dan pembelajaran dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi diri yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Aprilia Safitri, 2015). Dalam penerapan pendidikan proses pembelajaran merupakan hal yang sangat berpengaruh. Proses pembelajaran itu sendiri merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Proses pembelajaran akan lebih optimal dengan adanya suatu strategi belajar, metode, pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataanya, peneliti masih menemukan kondisi dimana proses pemeblajaran berjalan kurang maksimal. Guru kurang memperhatikan kebutukan anak didiknya di kelas. Pembelajaran di kelas juga berpusat pada guru sehingga menyebabkan keaktifan siswa dalam pembelajaran relatif rendah. Siswa di dalam kelas hanya  mendengarkan penjelasan dari guru sehingga tidak adanya sebuah interaksi dalam  pembelajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Keadaan tersebut akan menyebabkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran sangat rendah. Siswa yang hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru secara optimal. Maka, salah satu masalah yang perlu diperhatikan yaitu model pembelajaran untuk mengatur jalannya kegiatan belajar di kelas. Peneliti akan menggunakan model pembelajara probing-prompting yang memuat berbagai pertanyaan untuk menuntun siswa mendalami sebuah materi dengan bantuan media yaitu macromedia flash.
Berdasarkan model probing-prompting, peneliti berharap dapat meningkatkan keaktifan siswa. Keaktifan belajar siswa dapat dikeyahui dari sikapnya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sikap yang antusisas dan memiliki kemauan dengan menunjukan segenap kemampuan yang dimiliki secara optimal (Menurutahli, 2017). Dikarenakan model probing-prompting membuat siswa mau tidak mau harus berpikir kritis dan aktif karena guru akan melontarkan pertanyaan spontan kepada siswa secara acak. Diharapkan siswa lama-kelamaan akan terbiasa aktif berdialog dengan guru di hadapan teman-teman yang lain agar tidak takut atau malu untuk menanyakan atau menanggapi suatu hal yang berkaitan dengan materi yang di sampaikan oleh guru.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 9 September 2017 bersama Ibu Ayu wali kelas IV SD N 1 Sukorejo. Beliau menyampaikan bawasanya siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Konsentrasinya masih teralihkan sehingga siswa lebih aktif terhadap hal lain dari pada pembelajaran. Mayoritas siswa enggan untuk bertanya mengenai pembelajaran meskipun dia tidak paham. Sehingga akan berdampak pada nilai yang di dapatkan. Menurutnya alasan siswa enggan bertanya adalah katena takut atau malu serta karena mereka tidak terbiasa berdialog dan diperhatikan orang banyak.
Adapun dasar lain yang digunakan peneliti dalam menentukan model
probing-prompting adalah yang pertama hasil penelitian yang dilakukan Rinda Yuana dari Universitas Nusantara PGRI Kediri tahun 2016. Penelitian yang dilakukan berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Dengan Media Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, Dan Transportasi Serta Pengalaman Menggunakan Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Kendalrejo”. Berdasarkan penelitian yang di lakukan  dapat diketahui mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya tanpa menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar adalah 71,7058 dan mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya dengan menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar 82,7857.
Berdasarkan masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran di SD pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Berbantu Media Macromedia Flash Terhadap Keaktifan Siswa SD N 1 Sukorejo Kabupaten Kendal”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar