A.
Latar
Belakang
Pendidikan adalah sebuah wahana untuk meningkatkan
dan mengembangkan kualitas manusia menjadi manusia ideal. Dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara” (Ahmad, 2010). Sejalan dengan Undang-undang
tersebut, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar proses belajar dan
pembelajaran dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi diri yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Aprilia Safitri, 2015). Dalam penerapan
pendidikan proses pembelajaran merupakan hal yang sangat berpengaruh. Proses
pembelajaran itu sendiri merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat
kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Proses
pembelajaran akan lebih optimal dengan adanya suatu strategi belajar, metode,
pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam proses
belajar mengajar.
Pada kenyataanya, peneliti masih menemukan kondisi
dimana proses pemeblajaran berjalan kurang maksimal. Guru kurang memperhatikan
kebutukan anak didiknya di kelas. Pembelajaran di kelas juga berpusat pada guru
sehingga
menyebabkan keaktifan siswa dalam pembelajaran relatif rendah. Siswa di dalam
kelas hanya mendengarkan penjelasan dari
guru sehingga tidak adanya sebuah interaksi dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran
kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Keadaan
tersebut akan menyebabkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran sangat
rendah. Siswa yang hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru tidak
dapat menjawab pertanyaan dari guru secara optimal. Maka,
salah satu masalah yang perlu diperhatikan yaitu model pembelajaran untuk
mengatur jalannya kegiatan belajar di kelas. Peneliti akan menggunakan model
pembelajara probing-prompting yang memuat berbagai pertanyaan
untuk menuntun siswa mendalami sebuah materi dengan bantuan media yaitu macromedia flash.
Berdasarkan model probing-prompting, peneliti berharap dapat meningkatkan keaktifan
siswa. Keaktifan belajar siswa dapat dikeyahui dari sikapnya dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, sikap yang antusisas dan memiliki kemauan dengan
menunjukan segenap kemampuan yang dimiliki secara optimal (Menurutahli, 2017). Dikarenakan model probing-prompting membuat siswa mau tidak mau harus berpikir kritis
dan aktif karena guru akan melontarkan pertanyaan spontan kepada siswa secara
acak. Diharapkan siswa lama-kelamaan akan terbiasa aktif berdialog dengan guru
di hadapan teman-teman yang lain agar tidak takut atau malu untuk menanyakan
atau menanggapi suatu hal yang berkaitan dengan materi yang di sampaikan oleh
guru.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada
tanggal 9 September 2017 bersama Ibu Ayu wali kelas IV SD N 1 Sukorejo. Beliau
menyampaikan bawasanya siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Konsentrasinya
masih teralihkan sehingga siswa lebih aktif terhadap hal lain dari pada
pembelajaran. Mayoritas siswa enggan untuk bertanya mengenai pembelajaran
meskipun dia tidak paham. Sehingga akan berdampak pada nilai yang di dapatkan.
Menurutnya alasan siswa enggan bertanya adalah katena takut atau malu serta
karena mereka tidak terbiasa berdialog dan diperhatikan orang banyak.
Adapun dasar lain yang digunakan
peneliti dalam menentukan model
probing-prompting adalah yang pertama hasil penelitian yang dilakukan Rinda Yuana dari Universitas Nusantara PGRI Kediri tahun 2016. Penelitian yang dilakukan berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Dengan Media Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, Dan Transportasi Serta Pengalaman Menggunakan Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Kendalrejo”. Berdasarkan penelitian yang di lakukan dapat diketahui mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya tanpa menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar adalah 71,7058 dan mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya dengan menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar 82,7857.
probing-prompting adalah yang pertama hasil penelitian yang dilakukan Rinda Yuana dari Universitas Nusantara PGRI Kediri tahun 2016. Penelitian yang dilakukan berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Dengan Media Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, Dan Transportasi Serta Pengalaman Menggunakan Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Kendalrejo”. Berdasarkan penelitian yang di lakukan dapat diketahui mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya tanpa menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar adalah 71,7058 dan mean hasil belajar perkembangan teknologi serta pengalaman menggunakannya dengan menggunakan model pembelajaran probing-prompting dengan media gambar 82,7857.
Berdasarkan masalah-masalah yang muncul
dalam pembelajaran di SD pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Berbantu Media Macromedia Flash Terhadap Keaktifan
Siswa SD N 1 Sukorejo Kabupaten Kendal”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar